Monday, May 31, 2010

10 Sebab Utama Kegagalan Kepemimpinan

Sebab-Sebab Kegagalan dalam Kepemimpinan: Analisis Mendalam

Kepemimpinan yang sukses bukanlah sekadar kemampuan untuk memimpin, tetapi juga tentang mengelola banyak aspek dalam organisasi, memahami kebutuhan orang lain, dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil dapat mendorong visi bersama. Kegagalan dalam kepemimpinan sering kali muncul dari kesalahan-kesalahan yang tampaknya sepele namun memiliki dampak yang luas. Berikut adalah analisis lebih mendalam mengenai sepuluh faktor utama yang menyebabkan kegagalan seorang pemimpin:


1. Tidak Mampu Mengatur Detail

Salah satu kualitas yang mendefinisikan pemimpin yang efisien adalah kemampuan untuk mengelola detail. Tanpa penguasaan detail yang teliti, seorang pemimpin akan kesulitan dalam memastikan bahwa setiap bagian dari organisasinya berfungsi dengan optimal. Pemimpin yang hanya dapat melihat gambaran besar namun gagal dalam merinci langkah-langkah operasional akan sering terjebak dalam situasi yang tidak terkelola dengan baik. Seorang pemimpin sejati bukan hanya seorang pengarah yang memberikan perintah besar; mereka adalah individu yang memimpin dengan penguasaan terhadap elemen-elemen terkecil sekalipun. Kegagalan untuk mengatur dan mengawasi detail sering kali menjadi cermin dari inefisiensi. Seorang pemimpin harus memiliki kapasitas untuk memahami dan menyesuaikan setiap bagian dari strategi mereka, termasuk berani untuk mendelegasikan tugas, tanpa mengorbankan pengawasan yang cermat.


2. Tidak Mau Melakukan Pekerjaan Kotor

Pemimpin yang tidak mau terlibat dalam pekerjaan yang dianggap "kotor" atau pekerjaan dasar sering kali kehilangan rasa hormat dari bawahannya. Kepemimpinan bukan hanya tentang memberikan instruksi atau keputusan besar, tetapi juga tentang melibatkan diri dalam proses kerja sehari-hari. Seorang pemimpin yang tidak dapat menurunkan diri mereka untuk melakukan tugas-tugas yang tidak glamour, seperti membantu menyelesaikan masalah mendasar atau bahkan membantu pekerjaan fisik, akan dianggap sebagai pemimpin yang hanya ingin menikmati hasil tanpa merasakan perjuangannya. Kepemimpinan yang agung memerlukan kemampuan untuk menjadi pelayan bagi semua, terlepas dari status atau jabatan. Prinsip dasar ini harus diterima oleh setiap pemimpin yang cakap: "Yang paling agung di antara kalian adalah yang menjadi pelayan bagi semua."


3. Mengharapkan Imbalan untuk Apa yang Mereka “Ketahui”, Bukan Apa yang Mereka Lakukan dengan Pengetahuan Itu

Pengetahuan tanpa tindakan adalah sia-sia. Dunia tidak memberi imbalan hanya untuk apa yang seseorang ketahui, tetapi untuk bagaimana mereka menggunakan pengetahuan itu untuk menghasilkan perubahan yang nyata. Seorang pemimpin yang hanya bergantung pada apa yang mereka tahu dan tidak mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk memecahkan masalah atau meraih hasil yang diinginkan akan gagal. Sebuah organisasi tidak dapat berkembang hanya dengan teori atau ide-ide kosong; tindakan yang didorong oleh pengetahuan adalah yang memberikan dampak yang nyata. Pemimpin yang cakap tahu bahwa apa yang mereka lakukan dengan pengetahuan yang mereka miliki lebih penting daripada pengetahuan itu sendiri.


4. Takut Disaingi Oleh Para Pengikutnya

Kepemimpinan yang sukses tidak hanya melibatkan pengambilan keputusan dan pengarahan, tetapi juga pemberdayaan orang lain untuk tumbuh dan menjadi pemimpin itu sendiri. Pemimpin yang takut jika salah satu pengikutnya akan menggantikan posisinya menunjukkan kelemahan yang mendalam. Sebaliknya, pemimpin yang sejati melatih dan membimbing pengikut mereka untuk mengambil alih kepemimpinan suatu hari nanti. Ini adalah esensi dari kepemimpinan yang tidak terikat pada kedudukan, tetapi pada kemampuan untuk menggandakan dampak mereka melalui pengembangan orang lain. Pemimpin yang takut jika pengikutnya berkembang akan menciptakan ketegangan dan ketidakpercayaan dalam tim, yang pada akhirnya merugikan diri mereka sendiri.


5. Tidak Memiliki Imajinasi

Imajinasi adalah bahan bakar inovasi. Tanpa imajinasi, pemimpin tidak akan dapat merespons dengan cepat terhadap perubahan yang tak terduga atau menciptakan solusi kreatif untuk masalah yang kompleks. Seorang pemimpin yang tidak memiliki imajinasi akan terjebak dalam rutinitas, tidak mampu melihat peluang baru, dan akhirnya gagal membawa organisasi menuju visi yang lebih besar. Kepemimpinan yang kuat memerlukan pemikiran yang dapat melihat jauh ke depan dan mengantisipasi tantangan yang akan datang, serta kemampuan untuk menciptakan rencana strategis yang fleksibel untuk menghadapinya. Tanpa imajinasi, seorang pemimpin hanya akan bertahan dalam keadaan darurat dan kehilangan kesempatan untuk berkembang.


6. Mementingkan Diri Sendiri

Seorang pemimpin yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri akan cepat kehilangan rasa hormat dari tim mereka. Kepemimpinan sejati datang dari kemampuan untuk mengutamakan kesejahteraan orang lain, tidak hanya diri sendiri. Pemimpin yang hebat tidak mengklaim pujian atas hasil kerja keras tim mereka, melainkan memberi pengakuan kepada mereka yang berkontribusi. Dalam banyak kasus, pengikut akan bekerja lebih keras ketika mereka merasa dihargai dan diakui, bukan hanya diberikan imbalan finansial. Pemimpin yang mementingkan diri sendiri pada akhirnya akan terlihat sebagai seseorang yang lebih peduli dengan status atau penghargaan pribadi daripada kesejahteraan tim atau organisasi secara keseluruhan.


7. Pemarah

Pemimpin yang sering menunjukkan kemarahan, apalagi dalam bentuk yang tidak terkendali, akan menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Sifat pemarah merusak hubungan dan melemahkan moral tim. Kepemimpinan yang baik membutuhkan ketenangan dan kontrol emosi, karena hanya dengan sikap tenang dan bijaksana, pemimpin dapat membuat keputusan yang baik dan menanggapi situasi dengan kepala dingin. Pemimpin yang pemarah tidak hanya menghambat dirinya sendiri, tetapi juga menghancurkan kepercayaan dan motivasi para pengikutnya.


8. Tidak Setia

Setia adalah dasar dari setiap hubungan dan keberhasilan organisasi. Pemimpin yang tidak setia kepada visi mereka, rekan kerja, atau orang-orang yang mereka pimpin akan dengan cepat kehilangan integritas dan kepercayaan. Ketidaksetiaan adalah salah satu penyebab terbesar kegagalan dalam kepemimpinan, karena tanpa kesetiaan, tidak ada fondasi yang dapat dibangun untuk keberhasilan jangka panjang. Pemimpin yang tidak setia menciptakan keretakan yang akan membahayakan setiap usaha dan menggugurkan tujuan bersama. Kepemimpinan yang baik dimulai dengan komitmen yang teguh dan konsistensi dalam menjalankan amanat.


9. Menekankan “Wewenang” Pemimpin

Pemimpin yang mengandalkan wewenang mereka untuk mendapatkan perhatian atau menghormati para pengikut hanya menciptakan ketakutan dan ketidakpastian. Kepemimpinan yang sejati tidak perlu ditandai dengan pameran kekuasaan. Pemimpin yang efektif memimpin dengan memberi inspirasi dan motivasi, bukan dengan ketakutan. Mereka menanamkan rasa saling percaya dan penghargaan melalui tindakan mereka, bukan hanya dengan penegakan aturan atau hukuman. Wewenang yang dijalankan dengan penuh simpati, keadilan, dan pengertian akan lebih dihormati daripada yang hanya didasarkan pada kekuasaan.


10. Menekankan Gelar

Gelar bukanlah indikasi dari kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang sejati tidak perlu mengagung-agungkan gelar atau status mereka untuk mendapatkan rasa hormat. Mereka tahu bahwa rasa hormat datang dari tindakan dan pengaruh, bukan dari simbol-simbol eksternal. Pemimpin yang terlalu mementingkan gelar atau formalitas menunjukkan ketidakpercayaan diri dan kekurangan kualitas yang sejati. Pemimpin hebat tahu bahwa pintu mereka harus terbuka bagi siapa saja, tanpa membedakan gelar atau posisi, dan markas kerja mereka harus bebas dari aturan yang kaku dan formalitas yang tidak perlu.


KESIMPULAN

Kesalahan-kesalahan yang disebutkan di atas adalah penyebab utama kegagalan kepemimpinan dalam berbagai bentuk dan bidang. Bahkan satu kesalahan dalam aspek-aspek penting ini dapat meruntuhkan seluruh fondasi kepemimpinan yang telah dibangun. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus berhati-hati dalam menghindari jebakan-jebakan ini dan terus berusaha untuk memperbaiki diri dalam setiap aspek kepemimpinan mereka. Kepemimpinan yang sukses dibangun di atas komitmen yang tulus untuk melayani, memberdayakan orang lain, dan berusaha untuk menjadi contoh yang lebih baik dalam segala hal.


Daftar Pustaka:

Hill, Napoleon (1937). Think and Grow Rich. Meriden, Conn.: Ralston Society.y.

9 Kateristik Yang Timbul Dari Persekutuan Sejati

1. OTENTISITAS
Persekutuan yang sejati mengundang kita untuk mengalami otentisitas—keberanian untuk berbagi pengalaman hidup yang paling mendalam dan pribadi, baik sukacita maupun penderitaan. Dalam sebuah komunitas, otentisitas berarti berbagi luka hati, kegagalan, ketakutan, dan keraguan dengan penuh kejujuran dan kerendahan hati. Itu bukan hanya tentang berbagi fakta, tetapi membuka diri dengan segala kelemahan dan ketidaksempurnaan, serta saling mendukung untuk bertumbuh dalam iman. Tanpa otentisitas, kita hanya akan membangun hubungan permukaan yang tidak dapat membawa kita pada pertumbuhan rohani yang sejati.

Ayat Pendukung:

  • 1 Yohanes 1:7-8, "Tetapi jika kita hidup di dalam terang, sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."
  • Yakobus 5:16, "Lakukan ini sebagai sesuatu yang biasa: Hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling mendoakan sehingga kamu bisa hidup bersama dengan sehat dan sembuh."

2. KEBERSAMAAN
Kebersamaan dalam persekutuan sejati adalah dasar dari saling mendukung dan bertumbuh dalam iman. Kebersamaan bukan sekadar bersama-sama dalam sukacita, tetapi juga dalam penderitaan, saling menghargai, melayani, dan memberikan dorongan. Kebersamaan melibatkan pemberian diri dalam kasih tanpa mengharapkan imbalan, serta tanggung jawab satu sama lain. Tanpa kebersamaan yang sejati, kita akan mudah terisolasi dan kehilangan kekuatan untuk bertahan dalam iman.

Ayat Pendukung:

  • 1 Korintus 12:25, "Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan."
  • Roma 1:12, "Yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku."
  • Roma 12:10, "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."

3. SIMPATI
Simpati dalam persekutuan mengajarkan kita untuk tidak hanya memberikan nasihat atau bantuan yang sekadar basa-basi, tetapi untuk benar-benar merasakan dan memasuki penderitaan orang lain. Itu adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan hati dan merasakan apa yang orang lain alami, tidak terburu-buru memberikan solusi atau kritik, tetapi memberi ruang bagi orang lain untuk dipahami. Simpati ini menciptakan kedekatan emosional yang mengikat kita dalam kasih Kristus.

Ayat Pendukung:

  • Kolose 3:12, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran."
  • Galatia 6:2, "Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."
  • Ayub 6:14, "Dalam derita seperti ini, kudambakan sahabat sejati."

4. BELAS KASIHAN
Persekutuan yang sejati berpusat pada belas kasihan—bukan hanya pengampunan, tetapi juga kemurahan hati yang memungkinkan kita untuk melepaskan masa lalu dan tidak membiarkan dosa mendominasi hubungan kita. Pengampunan adalah tindakan melepaskan beban dan kesalahan orang lain, bukan untuk memperbaiki atau mengontrol masa depan mereka, tetapi untuk membuka jalan bagi pemulihan dan rekonsiliasi. Dalam persekutuan yang sejati, pengampunan ini tidak ditangguhkan, tetapi diberikan dengan sukacita.

Ayat Pendukung:

  • 2 Korintus 2:7, "Ketika orang berbuat dosa, kamu hendaknya mengampuni dan menguatkannya, sehingga dia tidak menyerah dalam keputusasaan."
  • Kolose 3:13, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

5. KEJUJURAN
Kejujuran adalah fondasi dari setiap persekutuan yang sehat. Dalam persekutuan sejati, kita belajar berbicara kebenaran dengan kasih, berani menghadapi masalah meski sulit, dan berbicara dengan keterusterangan yang penuh dengan perhatian terhadap perasaan orang lain. Kejujuran bukan tentang kebebasan untuk berbicara sesuka hati, tetapi tentang berbicara dalam kasih yang membangun, menguatkan, dan menyembuhkan.

Ayat Pendukung:

  • Efesus 4:15, "Sebaliknya kita harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih, sehingga dalam segala hal kita makin lama makin menjadi sempurna seperti Kristus, yang menjadi kepala kita."
  • Amsal 24:26, "Jawaban yang jujur adalah tanda persahabatan yang sejati."
  • Galatia 6:1, "Saudara-saudara, kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan."

6. KERENDAHAN HATI
Kerendahan hati adalah sikap yang meluruhkan ego dan memfokuskan pada kebutuhan orang lain. Dalam persekutuan yang sejati, kerendahan hati mengajarkan kita untuk tidak mencari tempat pertama, tetapi untuk melayani dengan tulus. Kerendahan hati adalah tentang mengakui bahwa kita tidak lebih tinggi dari orang lain, bahwa kita semua bergantung pada kasih dan anugerah Tuhan. Itu adalah pelumas yang membuat hubungan berjalan lancar dan harmonis.

Ayat Pendukung:

  • 1 Petrus 5:5b, "Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: 'Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati."
  • Roma 12:16, "Hiduplah rukun satu sama lain. Janganlah bersikap tinggi hati, tetapi sesuaikanlah dirimu dengan orang yang rendah kedudukannya."
  • Filipi 2:3-4, "Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri."

7. SIKAP HORMAT
Sikap hormat dalam persekutuan menciptakan suasana saling menghargaai. Kita menghargai perbedaan, mendengarkan dengan empati, dan tidak meremehkan kecemasan orang lain. Menghargai perasaan orang lain adalah bagian penting dari kasih Kristus, dan hal itu menciptakan rasa aman dan saling percaya di dalam persekutuan.

Ayat Pendukung:

  • Roma 15:2, "Kita harus mempertimbangkan kebimbangan dan ketakutan orang lain."
  • Titus 3:2, "Umat Allah hendaklah bersikap lemah lembut dan sopan santun."
  • Roma 12:10, "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."

8. BISA MEMEGANG RAHASIA
Kepercayaan adalah inti dari persekutuan yang sejati. Dalam komunitas yang sehat, setiap orang tahu bahwa apa yang dibagikan dalam persekutuan tetap terjaga kerahasiaannya. Gossip dan kebocoran informasi merusak hubungan dan menghancurkan persekutuan. Memegang rahasia dengan integritas adalah komitmen untuk melindungi hati dan reputasi sesama, seperti yang Tuhan lakukan kepada kita.

Ayat Pendukung:

  • Amsal 16:28, "Gosip disebarkan oleh orang-orang yang jahat; mereka menimbulkan kesulitan dan menceraikan sahabat yang karib."
  • Titus 3:10, "Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi."

9. FREKUENSI
Persekutuan yang sejati memerlukan komitmen dan ketekunan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh makna. Ini membutuhkan waktu yang sering dan teratur untuk berbagi hidup, berdoa, dan saling mendukung. Frekuensi pertemuan bukan sekadar untuk bersenang-senang, tetapi untuk memperkuat satu sama lain dalam iman, mengingatkan tentang kebenaran Allah, dan menyiapkan diri menghadapi tantangan hidup.

Ayat Pendukung:

  • Ibrani 10:25, "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
  • Kisah Para Rasul 2:46, "Setiap hari mereka bersama-sama berbakti di dalam Bait Allah. Mereka bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah dengan penuh sukacita serta rasa syukur."

Daftar Pustaka:
  • Warren, Rick (2002). The Purpose-Driven ® Life. Michigan: Zondervan

Sunday, May 30, 2010

Tujuan Rohani The Gideon



MEMBENTUK PRIA BERFIRMAN


Baca :
Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar (1 Timotius 4:13).

Pelajari :
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu (2 Timotius 2:15).

Hafalkan :
Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu (Ulangan 11:18).

MEMBENTUK PRIA PENDOA

Baca :
Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus (1 Samuel 12:23).

Pelajari :
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus (Efesus 6:18).

Hafalkan :
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).

MEMBENTUK PRIA BERIMAN

Baca :
Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil usahamu sendiri. Itu adalah anugerah Allah. Jadi, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan dirinya mengenai hal itu (Efesus 2:8-9).

Pelajari :
Tanpa beriman, tidak seorang pun dapat menyenangkan hati Allah. Sebab orang yang datang kepada Allah harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi balasan kepada orang yang mencari-Nya (Ibrani 11:6).

Hafalkan :
Sebab kami hidup berdasarkan percaya kepada Kristus, bukan berdasarkan apa yang dapat dilihat (2 Korintus 5:7).

MEMBENTUK PRIA BERJALAN DALAM TERANG

Baca :
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." (2 Korintus 6:14-18).

Pelajari :
Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat (Roma 16:17-19).

Hafalkan :
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif (Efesus 5:15).

MEMBENTUK PRIA YANG BERSAKSI

Baca :
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8).

Pelajari :
Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang (Amsal 11:30).

Hafalkan :
Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata (2 Korintus 4:13).

MEMBENTUK PRIA PENGASIH

Baca :
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:36).

Pelajari :
Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia (Mazmur 86:15).

Hafalkan :
Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati (1 Petrus 3:8).

MEMBENTUK PRIA PEMBERI

Baca :
Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami (2 Korintus 8:5).

Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu (2 Korintus 8:8).

Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu dan bukti kemegahanku atas kamu (2 Korintus 8:24).

Pelajari :
Anak-anakku, sekarang janganlah kamu lengah, karena kamu telah dipilih TUHAN untuk berdiri di hadapan-Nya untuk melayani Dia, untuk menyelenggarakan kebaktian dan membakar korban bagi-Nya (2 Tawarikh 29:11).

Hafalkan :
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).

Perbedaan LUTHERAN dan CALVINISME

Lutheranisme dan Calvinisme adalah dua tradisi utama dalam Reformasi Protestan yang muncul pada abad ke-16. Meskipun keduanya berbagi bebera...