1. OTENTISITAS.
Dalam persekutuan yang sejati orang mengalami otentitas. Yang dimaksud otentitas adalah tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang sampai tingkat yang paling dalam. Menceritakan luka-luka hati, menyatakan perasaan-perasaan, mengakui kegagalan-kegagalan, mengungkapkan kebimbangan, mengakui ketakutan, mengakui kelemahan, dan meminta bantuan serta doa.
Otentitas membutuhkan baik keberanian maupun kerendahan hati, dan merupakan satu-satunya cara untuk bertumbuh secara rohani serta sehat secara emosional.
Ayat Pendukung :
· 1 Yohanes 1: 7-8
“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita”.
· Yakobus 5:16a (terjemahan The Message; Colorado Springs: Navpress 1993)
“Lakukan ini sebagai sesuatu yang biasa: Hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling mendoakan sehingga kamu bisa hidup bersama dengan sehat dan sembuh”.
2. KEBERSAMAAN.
Dalam persekutuan yang sejati orang mengalami kebersamaan. Yang dimaksud kebersamaan adalah seni memberi dan menerima, ini berarti saling bergantung, saling bertanggung jawab, saling memberi dorongan, saling melayani dan saling menghormati.
Kebersamaan akan memberikan lebih konsistensi di dalam iman kita karena orang lain berjalan bersama kita.
Ayat Pendukung :
· 1 Korintus 12:25
“Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan”.
· Roma 1 : 12
“Yaitu, supaya aku ada diantara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku”.
· Roma 12 : 10
“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.
· Roma 14 : 19
“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”.
3. SIMPATI.
Dalam persekutuan yang sejati orang mengalami simpati. Yang dimaksud simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain, bukanlah memberikan nasihat atau menawarkan bantuan cepat yang hanya basa-basi.
Simpati memenuhi dua kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan untuk dipahami dan kebutuhan agar perasaan-perasaan Anda diterima. Serta rasa mengasihi diri sendiri mengeringkan simpati kita bagi orang lain.
Ayat Pendukung :
· Kolose 3 : 12
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”.
· Galatia 6:2
“Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”.
· Ayub 6 : 14 (terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
“Dalam derita seperti ini, kudambakan sahabat sejati. Entah aku masih tetap setia atau sudah melalaikan Yang Mahakuasa”.
4. BELAS KASIHAN.
Dalam persekutuan yang sejati orang memperoleh belas kasihan. Yang dimaksud belas kasihan adalah pengampunan. Pengampunan beda dengan kepercayaan, pengampunan adalah melepaskan masa lalu dan kepercayaan berkaitan dengan perilaku masa depan. Pengampunan haruslah segera, entah seseorang memintanya atau tidak, sedangkan kepercayaan harus dibangun kembali bersama waktu, kepercayaan membutuhkan catatan kinerja.
Belas kasihan dibutuhkan karena kita semua tersandung dan jatuh serta membutuhkan pertolongan untuk kembali ke jalur.
Ayat Pendukung :
· 2 Korintus 2 : 7 (terjemahan Contempory English Version; New York: American Bible Society 1995)
“Ketika orang berbuat dosa, kamu hendaknya mengampuni dan menguatkannya, sehingga dia tidak menyerah dalam keputusasaan”.
· Kolose 3 : 13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian”.
5. KEJUJURAN.
Dalam persekutuan yang sejati orang membutuhkan kejujuran. Yang dimaksud kejujuran adalah keterusterangan, kita harus cukup peduli untuk dengan penuh kasih membicarakan kebenaran, meskipun kita lebih suka mengembangkan suatu masalah atau mengabaikan suatu persoalan. Sering kali kita tahu apa yang perlu dikatakan kepada seseorang, tetapi rasa takut akan konflik mengahalangi kita untuk mengatakan apapun. Tapi keterusterangan bukan berarti kita bebas mengatakan apapun yang kita inginkan, di mana saja dan kapan saja kita mau, keterusterangan bukan kekasaran, kita harus tahu waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk melakukan segala sesuatu, karena kata-kata yang tidak dipikirkan meninggalkan luka yang abadi.
Ayat Pendukung :
· Efesus 4 : 15 (terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
“Tidak! Sebaliknya kita harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih, sehingga dalam segala hal kita makin lama makin menjadi sempurna seperti Kristus, yang menjadi kepala kita”
· Amsal 24 : 26 (terjemahan Today’s English Version; New York: American Bible Society 1992)
“Jawaban yang jujur adalah tanda persahabatan yang sejati”
· Galatia 6 : 1
“Saudara-saudara, kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan”.
· Efesus 4 : 25 (terjemahan The Message; Colorado Springs: Navpress 1993)
“Jangan ada lagi dusta, jangan ada lagi kepura-puraan. Katakan yang sebenarnya kepada sesamamu. Bagaimanapun, di dalam tubuh Kristus kita semua berkaitan satu dengan yang lain. Bila kamu berdusta kepada orang lain, itu berarti kamu juga berdusta pada dirimu sendiri”.
· Amsal 28 : 23 (terjemahan New Living Translation; Wheaton, IL: Tyndale House Publishers 1996)
“Pada akhirnya, orang lebih menghargai keterusterangan daripada sanjungan”.
· Pengkhotbah 8 : 6
“Karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya”
· 1 Timotius 5 : 1-2
“Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
· 1 Korintus 5 : 3-12 (terjemahan The Message; Colorado Springs: Navpress 1993)
“Kamu jangan hanya pura-pura tidak melihat dan berharap bahwa hal itu akan hilang sendiri. Tunjukkan hal itu secara terbuka dan selesaikan…..Kehancuran dan rasa malu lebih baik daripada kutukan…….Kamu mengabaikannya sebagai masalah kecil, tetapi itu sama sekali bukan masalah kecil…..bertindak seolah-olah segala sesuatu baik-baik saja ketika salah seorang sesama Kristen hidup tidak teratur atau tidak jujur, memberontak terhadap Allah atau bersikap kasar kepada saudara-saudara lainnya, mabuk atau tamak dan ganas. Kamu tidak bisa begitu saja menyetujui hal ini, memperlakukannya sebagai perilaku yang bisa diterima. Saya tidak bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan oleh orang-orang Non-Kristen, tetapi bukankah kita memiliki tanggung jawab terhadap orang-orang di dalam komunitas kita yang terdiri dari orang-orang percaya”.
6. KERENDAHAN HATI.
Dalam persekutuan yang sejati orang membutuhkan kerendahan hati. Yang dimaksud kerendahan hati adalah tidak mementingkan diri sendiri, tidak membenarkan diri sendiri, tidak angkuh dan tidak keras kepala. Kerendahan hati merupakan oli yang melancarkan dan melembutkan hubungan. Cara mengembangkan kerendahan hati adalah mengakui kelemahan-kelemahan kita, dengan bersabar terhadap kelemahan-kelemahan orang lain, dengan terbuka terhadap koreksi, dan dengan menunjukkan perhatian kepada orang lain.
Kerendahan hati bukan berarti menganggap diri rendah; kerendahan hati berarti sedikit saja memikirkan diri sendiri, selalu memusatkan perhatian melayani orang lain.
Ayat Pendukung :
· 1 Petrus 5 : 5b,5c
“Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati”.
· Roma 12 : 16 (terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
“Hiduplah rukun satu sama lain. Janganlah bersikap tinggi hati, tetapi sesuaikanlah dirimu dengan orang yang rendah kedudukannya. Jangan menganggap diri lebih pandai daripada yang sebenarnya”.
· Filipi 2 : 3-4
“Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.
7. SIKAP HORMAT.
Dalam persekutuan yang sejati orang membutuhkan sikap hormat. Yang dimaksud sikap hormat adalah menghargai perbedaan-perbedaan kita, saling memperhatikan perasaan sesama, tidak meremehkan kecemasan orang lain, dan bersabar terhadap orang-orang yang menjengkelkan kita. Satu kunci untuk menunjukan sikap hormat adalah memahami dari mana orang-orang berasal, temukan sejarah mereka. Kita akan lebih paham jika mengetahui apa yang telah mereka alami.
Ayat Pendukung :
· Roma 15 : 2 (terjemahan Firman Allah Yang Hidup)
“Kita harus mempertimbangkan kebimbangan dan ketakutan orang lain”.
· Titus 3 : 2 (terjemahan The Message; Colorado Springs: Navpress 1993)
“Umat Allah hendaklah bersikap lemah lembut dan sopan santun”.
· Roma 12 : 10
“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.
8. BISA MEMEGANG RAHASIA.
Dalam persekutuan yang sejati orang membutuhkan sikap bisa memegang rahasia. Yang dimaksud bisa memegang rahasia adalah apa yang disampaikan di dalam persekutuan kita harus hanya untuk persekutuan kita, dan persekutuan tersebut harus menanggulanginya, bukan menggosipkannya dengan orang lain. Gossip selalu menyebabkan sakit hati dan perpecahan, serta menghancurkan persekutuan, dan Allah membenci gossip.
Ayat Pendukung :
· Amsal 16:28 (terjemahan Today’s English Version; New York: American Bible Society 1992)
“Gosip disebarkan oleh orang-orang yang jahat; mereka menimbulkan kesulitan dan menceraikan sahabat yang karib”.
· Titus 3 : 10
“Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.
9. FREKUENSI.
Dalam persekutuan yang sejati orang membutuhkan frekuensi atau kekerapan. Yang dimaksud frekuensi adalah kebiasaan, sesuatu yang kita lakukan dengan sering, bukan kadang-kadang. Kita harus memiliki kontak yang sering dan tetap dengan kelompok kita untuk membangun persekutuan yang murni. Persekutuan memerlukan investasi waktu, waktu yang dipergunakan secara bersama-sama dan bukan untuk mendengarkan satu orang berbicara. Serta persekutuan dibangun bukan atas dasar kesenangan (“kita akan berkumpul bila kita merasa ingin berkumpul”) tetapi atas dasar keyakinan bahwa kita membutuhkannya untuk kesehatan rohani.
Ayat Pendukung :
· Ibrani 10 : 25
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
· Kisah Para Rasul 2 : 26 (terjemahan Firman Allah Yang Hidup)
“Setiap hari mereka bersama-sama berbakti di dalam Bait Allah. Mereka bersekutu dalam kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah dengan penuh sukacita serta rasa syukur”
Daftar Pustaka:
- Warren, Rick (2002). The Purpose-Driven ® Life. Michigan: Zondervan