Sunday, October 10, 2021

How to Talk to people


Berbicara dengan orang lain adalah keterampilan komunikasi yang fundamental, dan mempunyai keahlian dalam berkomunikasi dengan orang lain secara efektif sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. 

1. Talk through your heart (Bicaralah dengan hati anda)
"Talk through your heart" adalah ungkapan yang dapat diartikan sebagai berbicara atau berkomunikasi dengan kejujuran, empati, dan kepekaan. Saat seseorang "talks through their heart," mereka berbicara secara autentik, dengan menyampaikan perasaan, pikiran, dan niat mereka dengan jujur dan tulus. Hal ini menggambarkan ketulusan dalam ungkapan verbal dan non-verbal, serta kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan kepedulian dan empati kepada orang lain.

Dengan "talking through your heart," seseorang menjadikan kejujuran, kasih sayang, dan perhatian sebagai landasan komunikasi mereka. Mereka mengungkapkan diri secara tulus dan dengan perasaan, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih mendalam dan bermakna. Dalam konteks hubungan antarpribadi, kemampuan untuk "talk through your heart" dapat memperkuat keterhubungan dan membangun rasa saling pengertian yang lebih dalam.

Secara keseluruhan, "talking through your heart" menggambarkan kemampuan untuk berkomunikasi secara tulus, autentik, dan penuh kepedulian, yang dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan harmonis dengan orang lain.

2. Talk with a story about people (Bicaralah dengan cerita tentang orang lain)
"Talk with a story about people" dapat diartikan sebagai berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan menggambarkan situasi atau pengalaman melalui cerita tentang orang-orang. Dalam konteks ini, pendekatan komunikasi didasarkan pada penceritaan yang melibatkan karakter, konflik, dan resolusi yang mungkin dialami oleh individu atau kelompok.

Menggunakan cerita tentang orang-orang dalam komunikasi memiliki kekuatan untuk membawa pesan atau nilai-nilai yang ingin disampaikan menjadi lebih nyata dan mudah dipahami. Dengan menggunakan narasi yang melibatkan karakter dan situasi kehidupan nyata, pesan yang ingin disampaikan dapat terkait dengan pengalaman dan emosi, sehingga menggugah perhatian dan menciptakan rasa empati pada pendengar.

Metode ini sering digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral, nilai-nilai, atau konsep-konsep abstrak dengan cara yang lebih konkrit dan relevan bagi audiens. Dengan mendengarkan cerita tentang orang-orang, orang lain dapat lebih mudah merangkul dan memahami pesan yang ingin disampaikan.

Dalam konteks komunikasi pribadi atau profesional, "talking with a story about people" dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan ide, membangun kesadaran, atau menginspirasi perubahan dengan cara yang mendalam dan mempengaruhi.

3. Talk with passion (Bicaralah dengan penuh semangat)
"Talk with passion" merujuk pada cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan kegembiraan, kebersemangatan, dan intensitas yang kuat. Saat seseorang "talks with passion," mereka menunjukkan ketertarikan yang mendalam dan kesungguhan terhadap topik yang dibicarakan. Mereka mampu memancarkan energi positif dan kebersemangatan yang menular kepada pendengar.

Ketika seseorang berbicara dengan penuh gairah, komunikasi mereka menjadi lebih kuat dan menginspirasi. Mereka mampu menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, memengaruhi, dan meyakinkan karena daya tarik yang dimiliki oleh semangat dan antusiasme yang mereka tunjukkan. Sehingga, pesan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pendengar.

Berbicara dengan penuh gairah juga bisa membantu untuk menarik perhatian pendengar. Kegembiraan dan semangat yang ditunjukkan dalam berbicara dapat menghidupkan suasana dan membuat pesan yang disampaikan lebih mengena dan menginspirasi. Hal ini dapat berdampak positif pada suasana di sekitar, serta meningkatkan keterlibatan dan minat pendengar terhadap topik yang dibicarakan.

Secara keseluruhan, "talking with passion" mendorong seseorang untuk dapat menyampaikan pesan mereka dengan cara yang memotivasi, menginspirasi, dan berpengaruh, serta membantu untuk menjangkau dan mempengaruhi pendengar dengan lebih efektif.

4. Talk to give (Bicaralah dengan niatan memberi)
"Talk to give" dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi yang bertujuan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa pengetahuan, bantuan, dukungan, atau dorongan positif. Saat seseorang menggunakan pendekatan "talk to give," mereka berkomunikasi dengan niat untuk memberdayakan, memotivasi, atau membantu orang lain.

Dalam konteks komunikasi yang berfokus pada memberikan, pendekatan ini dapat meliputi menyampaikan pengetahuan yang berguna, memberikan inspirasi, memberikan dorongan moral, atau memberikan bantuan praktis kepada orang lain. Tujuan dari komunikasi semacam ini adalah untuk memberikan manfaat positif kepada pendengar dan menciptakan dampak yang baik dalam interaksi tersebut.

Misalnya, seorang pemimpin tim yang "talks to give" mungkin memberikan arahan yang jelas, motivasi, dan dukungan kepada timnya. Mereka berkomunikasi dengan tujuan untuk memberdayakan anggota tim dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan positif.

Menggunakan pendekatan "talk to give" dalam komunikasi juga dapat mencerminkan sikap kedermawanan, keprihatinan, dan empati terhadap orang lain. Ini mencerminkan keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain melalui komunikasi yang baik dan memberi dorongan atau dukungan yang diperlukan.

Dengan demikian, "talk to give" adalah tentang menggunakan komunikasi sebagai alat untuk memberikan manfaat, dukungan, dan inspirasi kepada orang lain, menciptakan iklim yang positif, dan membangun hubungan yang kuat dan bermakna.

5. Talk to listen (Bicaralah dengan mendengarkan)
"Talk to listen" merupakan konsep komunikasi di mana seseorang menggunakan kegiatan berbicara untuk mendengarkan dengan saksama dan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicaranya. Dalam konteks ini, berbicara bukan hanya tentang menyampaikan pendapat, tetapi juga tentang memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengungkapkan pandangannya.

Pendekatan "talk to listen" mengandung arti bahwa saat seseorang berbicara, mereka melakukannya dengan tujuan untuk mendengarkan respon dan tanggapan dari lawan bicara mereka. Fokusnya adalah untuk menciptakan dialog yang saling menguntungkan, di mana setiap pihak dapat berpartisipasi secara aktif dan merasa didengar.

Dengan melakukan "talk to listen," seseorang dapat mengembangkan kemampuan mendengarkan yang lebih baik, memahami perspektif orang lain, dan merespons dengan cara yang menghargai. Hal ini menciptakan suasana komunikasi yang inklusif, di mana setiap pendapat dihargai dan dipertimbangkan.

Dari segi komunikasi antarpribadi, pendekatan ini memperkuat hubungan dengan orang lain karena menunjukkan rasa hormat, perhatian, dan keinginan untuk memahami pandangan orang lain. Dengan mengadopsi sikap ini, seseorang juga dapat membangun kepercayaan dan keistimewaan bersama dengan rekan bicara mereka.

Secara keseluruhan, "talk to listen" adalah tentang menggunakan kegiatan berbicara sebagai alat untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menghargai pandangan orang lain, dan membentuk keterlibatan yang saling menguntungkan dalam komunikasi.

Thursday, September 23, 2021

Falsafah Lari Ku


Jadikan Setiap Tindakan Bermakna
Dalam hidup ini, setiap tindakan kita harus memiliki tujuan yang jelas. Tindakan tanpa tujuan hanya akan menjadi beban, sesuatu yang melelahkan jiwa dan raga. Jika tindakan-tindakan kita menjadi beban, maka sukacita dalam hidup perlahan akan memudar. Dan ketika sukacita itu hilang, damai sejahtera pun ikut lenyap.  

Oleh karena itu, penting sekali untuk selalu memberikan makna pada setiap langkah dan usaha kita. Ini adalah prinsip yang juga saya terapkan dalam kebiasaan lari pagi saya. Saya menyebutnya "Falsafah Lari".  

Falsafah Lari: "Prinsip-Prinsip Hidup yang Sederhana"  

1. Percaya  
Keyakinan adalah langkah pertama menuju keberhasilan. Saya harus memiliki keyakinan penuh bahwa saya mampu bangun di pagi hari dan berlari. Tanpa keyakinan ini, akan ada seribu alasan yang muncul untuk tetap meringkuk di bawah selimut. Keyakinan itu menjadi fondasi yang mendorong saya keluar dari zona nyaman, memulai hari dengan langkah pertama.  

2. Motivasi 
Motivasi adalah bahan bakar yang menjaga semangat tetap menyala. Tapi motivasi yang dangkal seperti “saya harus lari” tidak cukup. Saya harus menanamkan motivasi yang spesifik dan bermakna, seperti “saya harus lari supaya perut buncit saya hilang.” Ketika tujuan lebih jelas, usaha saya menjadi lebih terarah dan menyenangkan.  

3. Perkecil Tantangan
Ketika menghadapi rintangan besar, tubuh dan pikiran sering kali merasa kewalahan. Jika saya sudah menetapkan jarak tertentu untuk berlari dan merasa jarak itu terlalu jauh, saya memecahnya menjadi target-target kecil. Alih-alih berpikir "5 kilometer masih jauh," saya fokus pada 500 meter berikutnya. Dengan cara ini, tantangan terasa lebih ringan, dan saya tetap termotivasi untuk terus bergerak.  

4. Ambil Kesempatan 
Di tengah lari, saya sering menemukan berkat kecil di jalan, seperti uang receh. Tidak peduli berapa pun nilainya, saya tidak pernah melewatkannya. Ini adalah pengingat bahwa berkat dalam hidup sering kali hadir dalam bentuk kecil yang mudah diabaikan. Jika kita tidak berhenti sejenak untuk menghargai hal-hal kecil, kita mungkin akan melewatkan hal besar.  

5. Saingan Sebagai Penyemangat
Saingan adalah dorongan yang luar biasa. Ketika berlari, melihat orang lain di depan saya sering kali membuat saya ingin mempercepat langkah. Namun, jika tidak ada saingan nyata, saya menciptakan “kompetitor” di dalam pikiran saya. Misalnya, saya membayangkan bahwa diri saya yang malas dari kemarin sedang mencoba mengejar. Ini memberi saya alasan untuk terus melaju dan menjadi lebih baik setiap hari.  

Pelajaran Hidup dari Lari 
Falsafah lari ini mengajarkan saya banyak hal. Percaya, memotivasi diri, menyederhanakan tantangan, menghargai setiap berkat, dan menghadapi saingan dengan semangat adalah prinsip-prinsip yang juga berlaku dalam aspek lain kehidupan. Dengan menjadikan setiap langkah bermakna, hidup kita tidak hanya menjadi lebih ringan, tetapi juga penuh sukacita dan damai sejahtera.  

KESIMPULAN
Jadi, apa pun yang Anda lakukan, pastikan Anda melakukannya dengan tujuan yang jelas. Ketika kita berjalan dengan makna, setiap langkah membawa kita lebih dekat pada hidup yang penuh kebahagiaan dan keberhasilan.

Wednesday, September 22, 2021

The Ministry by Ps. Charles R. Swindoll (Chuck)



The Foundation of ministry is CHARACTER, not a professional skill.
The Nature of ministry is SERVICE, not being served.
The Motive for ministry is LOVE, not money or power.
The Measure of ministry is SACRIFICE, not success.
The Authority of ministry is SUBMISSION, not pulling rank.
The Purpose of ministry is TO GLORIFY GOD, not to glorify ourselves.
The Tools of ministry are PRAYER AND SCRIPTURES, not the marketing handbook.
The Privilege of ministry is GROWTH, which may be in-depth rather than in numbers.
The Power of ministry is THE HOLY SPIRIT, not programs.
The Model for ministry is JESUS CHRIST, not a corporation or a man.

Monday, June 21, 2021

5 Keyakinan Penting untuk Hati yang Damai


Jika kita adalah seorang Kristen, Tuhan sendirilah yang bertanggungjawab atas hidup kita. Dia adalah penjaga kita. Dan Dia tidak pernah kehilangan kendali atas ciptaan-Nya selama sepersekian detikpun sejak permulaan jaman. Dia tidak kehilangan satupun ukuran dari kekuatan-Nya ataupun kekuasaan-Nya. Dia adalah Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Hadir, dan semua kasih-Nya saat ini sama seperti waktu awal manusia ada.

Walaupun kita tidak selalu memahami tujuan-Nya, memahami cara Tuhan selalu menuntun kita kepada pemahaman bahwa Tuhan akan bertindak dengan cara yang mendatangkan berkat kekal bagi anak-anak-Nya. Selama bertahun-tahun, Charles Frazier Stanley menemukan 5 (lima) keyakinan penting untuk memiliki hati yang penuh damai. Charles menantang kita untuk melihat secara jauh pada apa yang kita percayai tentang Tuhan. Kedamaian kita ditentukan oleh sejauh mana kebenaran-kebenaran ini tertanam dalam jiwa kita.

Keyakinan 1 : Tuhan Berdaulat Penuh.
Menyadari dan menerima kebenaran bahwa Tuhan berdaulat atas segalanya itu penting untuk kedamaian batin kita. Hal ini berarti bahwa tidak ada sesuatupun yang terkait dengan kita yang terlewat dari pengawasan Tuhan dan kasih sayang-Nya. 
  • "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia". (Kolose 1:17)

Keyakinan 2: Tuhan Adalah Penyedia Bagi Anda.
Dari lembar ke lembar, Alkitab mempunyai pesan yang jelas bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang menyediakan semua yang kita butuhkan. Tidak ada kebutuhan kita yang terlalu besar, terlalu sulit, atau terlalu berat untuk Tuhan sediakan. 
  • "Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik". (Mazmur 34:10)

Keyakinan 3: Tuhan Menciptakan Anda Apa Adanya Dengan Suatu Tujuan.
Ada banyak hal dalam hidup kita yang tidak dapat kita kendalikan. Terima hal-hal tersebut sebagai bagian dari cara Tuhan menciptakan diri kita. Ras, budaya, bahasa, kebangsaan, gender, dan banyak atribut fisik lainnya adalah "pilihan" Tuhan. Tuhan juga memberi kita talenta, bakat, kecerdasan, kepribadian dan karunia rohani yang, secara keseluruhan, menjadikan kita pribadi yang unik di bumi ini untuk menyempurnakan rencana Tuhan atas diri kita. 
  • "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya". (Mazmur 139:13-16)

Keyakinan 4: Tuhan Mempunyai Sebuah Tempat Yang Khusus Untuk Anda.
Tuhan menciptakan kita untuk bersekutu dengan diri-Nya dan orang lain. Percayalah kepada-Nya untuk membantu kita mendapatkan rasa memliki yang kuat terhadap Tuhan dan untuk menyediakan kepada kita sebuah "keluarga" dari sesama orang percaya di mana kita dapat bergabung di dalamnya. Lalu, seiring kita bertumbuh di dalam Tuhan, jangkaulah orang lain. 
  • "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib". (1 Petrus 2:9)

Keyakinan 5: Tuhan Mempunyai Rencana Untuk Pemenuhan Anda.
Untuk kedamaian batin yang sejati, seseorang harus mengetahui dirinya berkompeten, sanggup, mampu, dan terampil dalam melakukan sesuatu. Ada perasaan damai yang luar biasa yang datang saat kita tahu bahwa kita mampu menampilkan kinerja yang baik atau melakukan pekerjaan yang baik.
  • "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi". (Efesus 2:10)

KESIMPULAN
Saat kita menerima kelima keyakinan penting ini sebagai inti dari keberadaan kita dan percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam kita dan di atas kita, kedamaian batin akan benar-benar menjadi milik kita.

Daftar Pustaka :
  • Charles Frazier Stanley, Finding Peace (T. Nelson Publishers, 2003)

Sunday, January 17, 2021

Beda Pencobaan dan Ujian

Perbedaan Pencobaan dan Ujian Berdasarkan Perspektif Alkitab

1. Sumber

  • Pencobaan:
    • Sumbernya adalah Iblis (Matius 4:1; Yakobus 1:13).
    • Dapat juga berasal dari keinginan daging manusia (Yakobus 1:14).
  • Ujian:
    • Sumbernya adalah Tuhan (Kejadian 22:1; Yakobus 1:3).
    • Tuhan mengizinkan ujian sebagai bagian dari proses membentuk karakter umat-Nya.

2. Motivasi

  • Pencobaan:
    • Motivasi Iblis adalah untuk menggoda dan menjatuhkan manusia ke dalam dosa (1 Petrus 5:8).
    • Berakar dari kebencian terhadap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
  • Ujian:
    • Motivasi Tuhan adalah untuk membentuk, memurnikan, dan menguatkan iman (Yakobus 1:2-3; 1 Petrus 1:6-7).
    • Berakar dari kasih Tuhan kepada umat-Nya.

3. Tujuan

  • Pencobaan:
    • Untuk menjauhkan manusia dari Tuhan (Yakobus 1:15).
    • Untuk menghancurkan iman dan membawa pada kehancuran rohani (Yohanes 10:10).
  • Ujian:
    • Untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan (Yakobus 4:8).
    • Untuk memurnikan iman (1 Petrus 1:7) dan menumbuhkan ketekunan serta pengharapan (Roma 5:3-4).
    • Untuk membuktikan ketaatan kepada Tuhan (Kejadian 22:12).

4. Fenomena yang Terlihat

  • Pencobaan:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk godaan untuk melakukan dosa:
      • Keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).
      • Contoh: godaan Hawa untuk memakan buah terlarang (Kejadian 3:1-6).
    • Dapat tampak menarik atau menyenangkan di awal tetapi berujung pada dosa dan kehancuran (Yakobus 1:14-15).
  • Ujian:
    • Sering kali berwujud dalam bentuk kesulitan atau tantangan hidup:
      • Kesulitan ekonomi, penganiayaan, atau kehilangan (Ayub 1:13-22).
      • Contoh: Abraham diminta untuk mempersembahkan Ishak (Kejadian 22:1-19).
    • Tampak berat atau menyakitkan, tetapi menghasilkan buah kebenaran (Ibrani 12:11).

Dukungan Ayat-Alkitab

  • Pencobaan:

    • "Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: Pencobaan ini datang dari Allah! Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun." (Yakobus 1:13).
    • "Tetapi setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14).
    • "Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).
  • Ujian:

    • "Maka Allah mencoba Abraham" (Kejadian 22:1).
    • "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).
    • "Imanmu diuji, sama seperti emas diuji dalam api, supaya nyata bahwa imanmu itu lebih mahal daripada emas yang fana." (1 Petrus 1:7).

KESIMPULAN
Pencobaan bertujuan untuk menjauhkan manusia dari Tuhan dan berujung pada dosa. Sebaliknya, ujian bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Tuhan, memurnikan iman, dan menumbuhkan ketekunan. Pencobaan harus ditolak dengan kekuatan firman Tuhan, sementara ujian harus dihadapi dengan iman, ketekunan, dan pengharapan.

Daftar Pustaka :

Sunday, January 03, 2021

Sisilah Raja-Raja Israel Dan Yehuda

Berikut adalah silsilah raja-raja Israel dan Yehuda yang tercatat dalam Alkitab. Setelah kerajaan Israel pecah menjadi dua (setelah pemerintahan Salomo), kerajaan itu terbagi menjadi Kerajaan Israel (utara) dan Kerajaan Yehuda (selatan).


1. Kerajaan Bersatu

  1. Saul (1050–1010 SM)

    • Suku: Benyamin.
    • Raja pertama Israel, diurapi oleh Samuel (1 Samuel 10).
  2. Daud (1010–970 SM)

    • Suku: Yehuda.
    • Dikenal sebagai raja yang berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 13:14).
  3. Salomo (970–931 SM)

    • Anak Daud dan Batsyeba.
    • Dikenal atas hikmatnya dan membangun Bait Suci pertama di Yerusalem.

2. Kerajaan Israel (Utara)

Kerajaan ini terdiri dari 10 suku dan beribukota di Samaria. Semua raja Israel utara dianggap tidak setia kepada Tuhan.

  1. Yerobeam I (931–910 SM)
  2. Nadab (910–909 SM)
  3. Baesa (909–886 SM)
  4. Ela (886–885 SM)
  5. Zimri (885 SM, 7 hari)
  6. Omri (885–874 SM)
  7. Ahab (874–853 SM)
  8. Ahazia (853–852 SM)
  9. Yoram (852–841 SM)
  10. Yehu (841–814 SM)
  11. Yoahas (814–798 SM)
  12. Yoas (798–782 SM)
  13. Yerobeam II (793–753 SM)
  14. Zakharia (753–752 SM)
  15. Salum (752 SM, 1 bulan)
  16. Menahem (752–742 SM)
  17. Pekahya (742–740 SM)
  18. Pekah (740–732 SM)
  19. Hosea (732–722 SM)
  • Kerajaan Israel runtuh pada 722 SM akibat penaklukan Asyur.

3. Kerajaan Yehuda (Selatan)

Kerajaan ini terdiri dari 2 suku (Yehuda dan Benyamin) dan beribukota di Yerusalem. Raja-raja Yehuda lebih setia kepada Tuhan dibanding raja Israel utara.

  1. Rehabeam (931–913 SM)
  2. Abia (913–911 SM)
  3. Asa (911–870 SM)
  4. Yosafat (870–848 SM)
  5. Yoram (848–841 SM)
  6. Ahazia (841 SM)
  7. Atalya (841–835 SM, seorang ratu)
  8. Yoas (835–796 SM)
  9. Amazia (796–767 SM)
  10. Uzia (Azarya) (767–740 SM)
  11. Yotam (740–732 SM)
  12. Ahaz (732–716 SM)
  13. Hizkia (716–687 SM)
  14. Manasye (687–642 SM)
  15. Amon (642–640 SM)
  16. Yosia (640–609 SM)
  17. Yoahas (609 SM, 3 bulan)
  18. Yoyakim (609–598 SM)
  19. Yoyakhin (598–597 SM, 3 bulan)
  20. Zedekia (597–586 SM)
  • Kerajaan Yehuda runtuh pada 586 SM akibat penaklukan Babel.

Catatan Penting:

  • Israel Utara: Tidak ada raja yang setia kepada Tuhan, mereka sering menyembah berhala.
  • Yehuda Selatan: Beberapa raja setia kepada Tuhan (contoh: Asa, Yosafat, Hizkia, dan Yosia).
  • Banyak nubuat dan teguran dari nabi-nabi seperti Elia, Elisa, Yesaya, dan Yeremia terjadi selama masa pemerintahan raja-raja ini.

Daftar Pustaka :
  • Alkitab

Saturday, January 02, 2021

Tujuan Berpuasa Dalam Alkitab



Kita sering membaca para tokoh-tokoh dalam Alkitab berpuasa, yaitu sebagai berikut:

Dalam kitab Perjanjian Lama :
  1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan roti dan tidak minum air (Keluaran 24:16 dan Keluaran 34:28);
  2. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Samuel 12:16);
  3. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raja-Raja 19:8);
  4. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Ester 4:16);
  5. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (Ayub 2:13);
  6. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Daniel 1:12), doa dan puasa (Daniel 9:3), berkabung selama 21 hari (Daniel 10:2);
  7. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17);
  8. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).

Dalam kitab Perjanjian Baru :
  1. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Matius 4:2);
  2. Puasa Yohanes Pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Matius 11:18);
  3. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kisah Para Rasul 9:9);
  4. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2-3).

Puasa bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk memfokuskan pikiran dan tubuh kita untuk alasan rohani. Kapanpun kita berpuasa, lakukan itu karena alasan yang disebutkan atau dicontohkan dalam Alkitab. Berikut adalah sepuluh tujuan utama puasa yang disebutkan dalam Alkitab : 

1. Untuk Memperkuat Doa (Ezra 8:23)
Banyak kejadian di Perjanjian Lama menghubungkan puasa dengan doa, terutama doa syafaat. Puasa tidak dapat mengubah/memaksa Tuhan mendengar doa kita, tapi bisa mengubah doa kita kepada Tuhan. 

2. Untuk Mencari Bimbingan Tuhan (Hakim-Hakim 20:26)
Seperti halnya doa, puasa untuk mencari tuntunan Tuhan, tidak dilakukan untuk mengubah Tuhan tetapi untuk membuat kita lebih menerima bimbingan-Nya.

3. Untuk Mengungkapkan Kesedihan (1 Samuel 31:13)
Mengekspresikan kesedihan adalah salah satu alasan utama berpuasa. Pernahkah kita menyadari bahwa saat kita meneteskan air mata karena kesedihan, kita kehilangan keinginan untuk makan? Ketika kita berduka, keluarga dan teman-teman kita seringkali harus memohon kepada kita untuk makan karena respon tubuh yang tepat terhadap kesedihan adalah berpuasa. Sebuah contoh utama terjadi dalam 2 Samuel 1:12, di mana Daud dan orang-orangnya digambarkan sebagai “berkabung dan menangis dan berpuasa sampai malam” untuk teman-teman mereka, musuh mereka dan bangsanya.

4. Untuk Mencari Pembebasan atau Perlindungan (2 Tawarikh 20: 3 - 4)
Alasan umum lainnya untuk berpuasa dalam Perjanjian Lama adalah untuk mencari pembebasan dari musuh atau keadaan. Dalam Alkitab, puasa jenis ini umumnya dilakukan dengan orang percaya lainnya.

5. Untuk Mengungkapkan Pertobatan dan Kembali Kepada Tuhan (1 Samuel 7: 6)
Jenis puasa ini membantu kita untuk mengungkapkan kesedihan atas dosa-dosa kita dan menunjukkan keseriusan kita untuk kembali ke jalan ketaatan yang saleh.

6. Untuk Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan (1 Raja-raja 21:27 - 29)
“Ingatlah bahwa puasa itu sendiri bukanlah kerendahan hati di hadapan Tuhan,” kata Donald Whitney, “tetapi harus menjadi ekspresi kerendahan hati.” ³

7. Untuk Mengungkapkan Kepedulian Terhadap Pekerjaan Tuhan (Nehemia 1: 3 - 4)
Seperti halnya Nehemia, puasa bisa menjadi tanda nyata perhatian kita atas pekerjaan tertentu yang sedang Tuhan lakukan.

8. Untuk Melayani Kebutuhan Orang Lain (Yesaya 58: 3 - 7)
Kita dapat menggunakan waktu yang biasanya kita habiskan untuk makan untuk berpuasa dan melayani orang lain.

9. Untuk Mengatasi Godaan dan Mengabdikan Diri Kita Kepada Tuhan (Matius 4: 1 - 11)
Puasa dapat membantu kita fokus ketika kita bergumul dengan godaan tertentu.

10. Untuk Mengungkapkan Cinta dan Penyembahan Kepada Tuhan (Lukas 2:37)
Puasa dapat menunjukkan, seperti yang dikatakan John Piper, bahwa "apa yang paling kita lapar, kita sembah." ⁴

Bagaimana kita harus memperlengkapi diri kita ketika Tuhan memanggil kita untuk “melakukan puasa”? Berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat kita bersiap untuk berpuasa :

  • Berdoa dan melakukan pengakuan dosa.
Langkah penting sebelum berpuasa adalah merendahkan diri di hadapan Allah (Mazmur 35:13) dan mengakui dosa-dosa kita (1 Samuel 7: 6). Doa harus menjadi kekuatan kita sepanjang puasa, tetapi sangat penting kita memulai puasa dengan hati yang menyesal.

  • Baca Alkitab.
Luangkan waktu lebih untuk merenungkan Firman Tuhan, sebelum dan selama berpuasa.

  • Jaga kerahasiaannya.
Puasa tidak alkitabiah dan bahkan berbahaya secara rohani ketika kita melakukannya untuk memamerkan kerohanian kita (Matius 6:16 - 18) atau ketika kita lebih fokus pada puasa kita sendiri daripada pada kebutuhan yang jelas untuk orang lain (Yesaya 58: 1 - 11) . Jangan membanggakan puasa kita; beri tahu orang-orang bahwa kita tidak akan makan hanya jika perlu. Puasa hendaknya tidak dilakukan ketika dipaksakan untuk motif yang salah (1 Samuel 14: 24-30).

  • Persiapkan tubuh kita.
Puasa, terutama selama berhari-hari atau berminggu-minggu, dapat memiliki efek yang tidak terduga dan bahkan merugikan kesehatan kita. Tidak ada di Alkitab arahan untuk melukai diri sendiri dalam menjalani puasa. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program puasa apa pun untuk memastikan kita dapat berpuasa dengan cara yang sehat.

Puasa adalah reaksi kita yang tepat terhadap keadaan jiwa kita yang terpuruk dan/atau menyedihkan. Jika hal itu dilakukan dengan benar, kita dapat mengharapkan banyak hasil, termasuk semakin dekat dengan Tuhan, lebih merasakan solidaritas dengan mereka yang menderita, dan peningkatan pengendalian diri.
Ingat firman Tuhan di Kejadian 32:22-32 atau Hosea 12:4 tentang Yakub bergulat dengan dia  (malaikat / Allah) sampai fajar menyingsing.


Daftar Pustaka :
  • Alkitab
  • Donald Whitney, Spiritual Disciplines for the Christian Life (Colorado Springs, CO: NavPress, 2014).
  • Arthur Wallis, God’s Chosen Fast (Fort Washington, PA: CLC Publications, 1993).
  • Whitney, Spiritual Disciplines.
  • John Piper, A Hunger for God (Wheaton, IL: Crossway, 1997).
  • 10 Biblical Purposes for Fasting | Biblical Fasting (thenivbible.com)

Perbedaan LUTHERAN dan CALVINISME

Lutheranisme dan Calvinisme adalah dua tradisi utama dalam Reformasi Protestan yang muncul pada abad ke-16. Meskipun keduanya berbagi bebera...