2 Peter 1:5-7
For this very reason, make every effort to supplement your faith with virtue, and virtue with knowledge, and knowledge with self-control, and self-control with steadfastness, and steadfastness with godliness, and godliness with brotherly affection, and brotherly affection with love.
Makna dari core value atau nilai inti dalam kehidupan manusia Kristen sangatlah signifikan karena mereka mencerminkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Alkitab dan ajaran Yesus Kristus. Nilai inti membentuk landasan moral yang membimbing perilaku, sikap, dan hubungan sesama manusia. Memprioritaskan dan menghayati nilai-nilai ini memungkinkan seorang Kristen untuk lebih dekat dengan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadi saksi yang efektif bagi kasih-Nya di dunia. Nilai inti juga membimbing dalam mengatasi konflik, membangun hubungan yang sehat, serta membantu sesama dengan ketulusan hati. Dengan menjadikan nilai inti sebagai panduan, seorang Kristen dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan ajaran Alkitab dan berkontribusi dalam memuliakan Tuhan melalui tindakan dan sikapnya.
Nilai Inti (Core Value) yang terdapat dalam Alkitab :
1. Hiduplah dengan melakukan perbuatan baik. (virtue)
Dari sudut pandang Alkitab, "virtue" atau "kebajikan" dapat dilihat dalam pelbagai aspek. Di dalam Perjanjian Baru khususnya, ada beberapa aspek kebajikan yang dijelaskan dan ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati.
Pertama-tama, dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia, terdapat daftar kebajikan yang dikenal sebagai "buah Roh." Dalam Galatia 5:22-23, disebutkan bahwa "tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Ke-sembilan kebajikan ini dianggap sebagai hasil dari Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan orang percaya.
Selanjutnya, dalam Surat Petrus yang pertama, terdapat penekanan pada keberanian, ketekunan, dan kepantasan dalam iman meskipun menghadapi penderitaan dan ujian. Ini menunjukkan bahwa kebajikan juga mencakup kekuatan moral dan rohani untuk tetap setia kepada ajaran dan jalan Allah, bahkan dalam situasi yang sulit.
Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, terdapat pula penekanan pada kebajikan sebagai fokus pemikiran yang benar. Dalam Filipi 4:8, disebutkan, "Akhirnya, saudara-saudara, segala sesuatu yang benar, segala sesuatu yang mulia, segala sesuatu yang adil, segala sesuatu yang murni, segala sesuatu yang manis, segala sesuatu yang disanjung, segala kebajikan dan segala pujian--itulah yang harus kamu pikirkan."
Dari sudut pandang Alkitab, kebajikan juga berhubungan dengan kasih, pertobatan, kesetiaan, rendah hati, kesabaran, dan beberapa kualitas lainnya yang ditekankan sebagai bagian dari kehidupan iman yang sejati. Ini mencakup aspek moral, rohani, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, sesama, dan terhadap Tuhan.
Secara keseluruhan, konsep kebajikan dalam Alkitab menekankan pada keharmonisan hidup yang diselaraskan dengan kehendak Ilahi, serta menunjukkan karakteristik yang bersifat moral, rohani, dan mental yang dihargai dan diusahakan dalam kehidupan beriman.
2. Memilikilah pengetahuan tentang cara hidup yang bijaksana. (knowledge)
Dalam sudut pandang Alkitab, "knowledge" atau "pengetahuan" merupakan suatu konsep yang penting dan ditekankan dalam konteks iman dan kehidupan rohani. Alkitab memberikan banyak pengajaran tentang makna dan nilai dari pengetahuan, serta bagaimana pengetahuan itu seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama-tama, Alkitab menekankan bahwa pengetahuan yang utama adalah pengetahuan tentang Allah dan kehendak-Nya. Dalam Kitab Mazmur 111:10 disebutkan, "Takut akan TUHAN adalah pokok hikmat; segala orang yang melaksanakannya memperoleh pengertian yang baik." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang sejati dan bermanfaat berasal dari pengetahuan akan keberadaan dan kehendak Allah, yang membawa hikmat dan pengertian yang benar.
Selanjutnya, Alkitab juga menekankan pentingnya pengetahuan yang benar dan tulus sebagai landasan bagi kebenaran dan kehidupan yang benar. Dalam Surat Paulus kepada jemaat di Kolose 2:8 disebutkan, "Waspadailah, supaya jangan ada orang yang menawan kamu dengan filsafat dan tipu daya yang hampa, sesuai dengan ajaran orang-orang yang hidup dalam kemewahan sejati, dan bukan sesuai dengan Kristus." Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan merupakan hal yang penting bagi kehidupan rohani yang kokoh.
Pengetahuan dalam Alkitab juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman akan kebenaran-kebenaran rohani, seperti dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus 1:17, "supaya Allah Tuhan kita, Yesus Kristus yang mulia, yaitu Bapak Maha Kuasa, memberikan kamu roh hikmat dan penglihatan, supaya kamu mengenal Dia dengan betul." Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang benar juga mencakup pemahaman yang benar akan kerasulannya dan kebenaran-kebenaran ilahi yang diungkapkan melalui Kristus.
Dari sudut pandang Alkitab, pengetahuan juga dilihat sebagai landasan bagi pertumbuhan spiritual dan moral. Dalam Surat 2 Petrus 1:3-8 disebutkan, "Sebab, oleh kuasa-Nya kita diberi segala sesuatu yang berkenan kepada hidup dan pertobatan, oleh pengetahuan akan Dia yang telah memanggil kita oleh kemuliaan dan kebajikan-Nya, yang oleh perantaraan-Nya telah diberikan kepada kita segala janji yang yang sangat besar dan yang berharga, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, setelah melepaskan diri dari kebinasaan yang ada di dunia akibat nafsu-nafsu nista. Karena itu, saudara-saudara, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk semakin bertambah teguh pangkal imanmu; dan kepada teguh pangkal itu, berilah penambahan pengetahuan; kepada pengetahuan itu, berilah penambahan penguasaan diri; kepada penguasaan diri itu, berilah penambahan ketekunan; kepada ketekunan itu, berilah penambahan kebajikan; kepada kebajikan itu, berilah penambahan kasih mesra."
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sudut pandang Alkitab, pengetahuan dilihat sebagai wawasan dan pemahaman yang penting dalam kehidupan rohani dan moral. Pengetahuan yang benar dan bersumber dari Firman Tuhan merupakan landasan bagi hikmat, kebenaran, pertumbuhan spiritual, dan kehidupan yang berkenan kepada Allah. Oleh karena itu, Alkitab menekankan pentingnya mengejar pengetahuan yang benar dan mempergunakan pengetahuan itu dalam cara yang sesuai dengan kehendak Allah.
3. Belajarlah menguasai diri. (self-control)
Dalam sudut pandang Alkitab, "self control" atau "kendali diri" merupakan karakteristik yang penting dalam kehidupan seorang percaya. Salah satu ayat yang menggambarkan pentingnya self control adalah 2 Timotius 1:7, yang menyatakan bahwa "Sebab Allah memberikan kepada kita roh bukan dari ketakutan, melainkan roh yang penuh kuasa, kasih, dan ketenangan diri". Ini menekankan bahwa sebagai orang percaya, kita diberi kuasa oleh Allah untuk memiliki kendali diri dalam menghadapi berbagai situasi.
Pengendalian diri dalam Alkitab juga berkaitan dengan penguasaan diri terhadap hawa nafsu dan godaan. Dalam Galatia 5:22-23, buah Roh yang pertama disebutkan adalah kasih, sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, dan penguasaan diri. Ini menunjukkan bahwa pengendalian diri adalah hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya.
Selain itu, Alkitab juga menyatakan pentingnya kendali diri dalam hal perkataan dan tindakan. Misalnya, dalam Yakobus 1:19, dikatakan, "Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, hendaklah setiap orang menjadi cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat menjadi marah". Hal ini menekankan pentingnya kendali diri dalam bereaksi terhadap situasi sehari-hari.
Dengan demikian, dari sudut pandang Alkitab, kendali diri dipandang sebagai hasil dari karya Roh Kudus dalam kehidupan seorang percaya dan sebagai wujud dari pertumbuhan spiritual dalam menanggapi berbagai situasi dengan kasih, hikmat, dan penuh kuasa yang diberikan oleh Allah.
4. Bertahanlah dalam kesusahan. (steadfastness)
Dalam sudut pandang Alkitab, "steadfastness" atau "ketetapan hati" merujuk pada keteguhan, ketegaran, dan kesetiaan yang kokoh dalam iman dan pengikut Yesus Kristus. Konsep ini memiliki kedalaman teologis yang dalam dalam Alkitab.
Salah satu contoh ketetapan hati dalam Alkitab adalah yang diungkapkan dalam 1 Korintus 15:58, yang berbunyi, "Jadi, saudara-saudaraku yang kukasihi, teguhlah hatimu dan tetaplah teguh, dan giatlah senantiasa dalam pekerjaan Tuhan, yang kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia." Ayat ini menekankan pentingnya ketetapan hati dalam menjalani kehidupan, terutama dalam pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan.
Dalam hal ini, ketetapan hati juga berarti bertahan dalam iman meskipun dihadapkan pada cobaan, penderitaan, atau perlawanan. Hal ini tercermin dalam Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab setelah ia tahan ujian, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan kepada orang yang mengasihi Dia." Ayat ini menegaskan bahwa ketetapan hati membawa berkat dan pahala yang dijanjikan kepada mereka yang setia dan tetap dalam iman mereka.
Selain itu, ketetapan hati juga mencakup kesetiaan yang kokoh terhadap ajaran-ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip moral yang diajarkan oleh Tuhan. Dalam 1 Tesalonika 5:21, Paulus menulis, "Ujilah segala sesuatu, peganglah yang baik." Ini menunjukkan pentingnya tetap teguh pada kebenaran dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh dunia.
Dari sudut pandang Alkitab, ketetapan hati merupakan bagian integral dari hidup seorang percaya dan menunjukkan kesetiaan, keteguhan, dan kesungguhan dalam iman, pengabdian, dan prinsip-prinsip yang diberlakukan dalam hidup sehari-hari. Ini juga merupakan hasil dari karya Roh Kudus yang memperkokoh dan memampukan setiap orang percaya untuk tetap teguh dalam iman dan kasihnya kepada Tuhan.
5. Berusahalah untuk hidup semakin sesuai kemauan Allah. (godliness)
Dalam konteks Alkitab, "godliness" atau "kesalehan" merujuk pada kesetiaan dan ketulusan dalam hidup yang menghormati dan memuliakan Allah. Istilah ini mencakup hubungan pribadi yang mendalam dengan Tuhan dan refleksi dari karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Perjanjian Baru, kesalehan ditekankan sebagai bagian integral dari hidup beriman yang sejati.
Salah satu penjelasan tentang kesalehan dapat ditemukan dalam 1 Timotius 4:7-8, di mana rasul Paulus menuliskan, "Tinggalkanlah dongeng-dongeng yang kosong dan tidak berharga itu. Latihan jasmani itu memang kurang bermanfaat, tetapi ibadah rohani adalah berguna sekali, karena ia berguna di dalam segala sesuatu, baik untuk hidup sekarang maupun untuk hidup yang akan datang." Ayat ini menekankan bahwa godliness bukan hanya tentang tindakan eksternal, tetapi lebih pada hubungan spiritual yang dalam dengan Tuhan.
Kesalehan juga melibatkan perubahan karakter dan pikiran yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam 2 Petrus 1:3, rasul Petrus menulis, "Karena kekuasaan ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan dan kesalehan, oleh pengenalan Dia yang telah memanggil kita dengan mempersembahkan kepada kita sendiri kemuliaan dan kebajikan-Nya." Artinya, kesalehan tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan manusia semata, tetapi melalui kuasa Tuhan dan pengaruh Roh Kudus.
Selain itu, kesalehan juga mencakup hidup yang terfokus pada kemuliaan Allah dan pelayanan kepada sesama. Dalam 1 Timotius 2:2, Paulus mendorong agar orang percaya hidup dengan kesalehan dan keheningan, serta saling mengasihi dan mendoakan sesama. Hal ini menunjukkan bahwa kesalehan tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain.
Dari sudut pandang Alkitab, kesalehan mencakup aspek spiritual, moral, dan pelayanan dalam menjalani hidup yang menghormati dan mengasihi Allah. Hal ini dibangun melalui persekutuan yang erat dengan Tuhan, pertumbuhan dalam karakter Kristus, dan kepedulian terhadap kebutuhan sesama. Kesalehan menandai transformasi hati dan pikiran seseorang sehingga mencerminkan gambaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
6. Belajarlah mengasihi saudara-saudari seiman. (brotherly affection)
"Brotherly affection" atau "kasih persaudaraan" dalam konteks Alkitab merujuk pada hubungan kasih yang hangat dan penuh kasih sayang antara saudara-saudara seiman. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan kasih sayang dan keterikatan yang erat di antara orang percaya sebagai bagian dari tubuh Kristen.
Dalam Kitab Roma 12:10, rasul Paulus menulis, "Dengan saling mengasihi dalam kasih persaudaraan, hendaklah kamu saling menghormati satu sama lain." Ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan bukan hanya sekedar hubungan sosial, tetapi merupakan bagian penting dari kehidupan Kristen yang saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.
Dalam 1 Petrus 1:22, rasul Petrus juga menekankan pentingnya kasih persaudaraan, "Karena kamu telah menyucikan jiwamu dalam menaati kebenaran dan mengalami kasih kekeluargaan, janganlah sampai kamu melupakan keikhlasan." Kasih kekeluargaan di sini menunjukkan hubungan yang erat dan kasih sayang di antara anggota keluarga Allah.
Kasih persaudaraan juga menekankan pentingnya hubungan yang sehat dan terjalin erat di dalam komunitas gereja. Dalam Kisah Para Rasul 2:42, dijelaskan bahwa orang percaya bertekun dalam ajaran rasul, dalam persekutuan, dalam memecahkan roti, dan dalam doa. Hal ini menunjukkan bahwa kasih persaudaraan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari umat percaya.
Dari sudut pandang Alkitab, kasih persaudaraan melibatkan pengorbanan diri, kasih sayang, dan hubungan yang erat di antara anggota tubuh Kristus. Hal ini menekankan pentingnya kasih dalam hubungan sesama percaya, baik dalam gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kasih persaudaraan memperlihatkan ciri khas umat percaya yang mengasihi satu sama lain seperti keluarga sejati, yang didorong oleh kasih Kristus.
Dalam kesimpulan, kasih persaudaraan menurut Alkitab memainkan peran vital dalam kehidupan umat percaya, menekankan kasih sayang, pengorbanan diri, dan keterikatan yang erat di antara saudara-saudara seiman.
"Unselfish love" atau "kasih tanpa pamrih" dapat kita temukan dalam Alkitab sebagai konsep yang sangat penting dalam ajaran Kitab Suci. Dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru, konsep ini disebut sebagai "agape," yang merupakan kasih yang tidak egois, penuh pengorbanan, dan penuh belas kasihan.
Dalam Kitab 1 Korintus 13:4-7, rasul Paulus memberikan penjelasan yang sangat jelas tentang sifat dari kasih agape:
"Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungannya sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena kejahatan, tetapi kasih bersukacita karena kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, kasih percaya kepada segala sesuatu, kasih mengharapkan segala sesuatu, kasih sabar menanggung segala sesuatu."
Dari sudut pandang Alkitab, kasih tanpa pamrih ini adalah kasih yang murni, tanpa mengharapkan imbalan, dan tanpa memandang status atau kondisi. Kasih ini dipandang sebagai karakter dari Allah sendiri, yang dinyatakan dalam kasih-Nya yang sempurna dan penebusan-Nya melalui Yesus Kristus.
Kasih tanpa pamrih ini juga ditekankan sebagai prinsip utama dalam hubungan sesama manusia. Yesus sendiri menegaskan pentingnya kasih tanpa pamrih dalam Matius 22:39, "Dan yang kedua (hukum yang terbesar), serupa dengan itu, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Dalam 1 Yohanes 4:7-8, penulis menulis, "Hendaklah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa kasih yang tanpa pamrih adalah ciri khas dari anak-anak Allah, karena kasih berasal dari Allah sendiri.
Dengan demikian, kasih tanpa pamrih dalam perspektif Alkitab adalah kasih yang penuh kesabaran, pengorbanan, belas kasihan, dan kerelaan untuk mengasihi tanpa memandang keuntungan diri sendiri. Ini adalah kasih yang bersumber dari Allah dan menjadi ciri khas dari orang percaya yang mengenal dan mengikuti Kristus.
Dalam kesimpulannya, kasih tanpa pamrih atau kasih yang tidak egois merupakan konsep utama dalam Alkitab yang menekankan pengorbanan, kesabaran, belas kasihan, dan ketulusan. Konsep ini memainkan peran sentral dalam ajaran Perjanjian Baru dan merupakan ciri khas dari hubungan antara manusia dan dengan Allah.
Daftar Pustaka :
- Alkitab