Tafsiran Filipi 2:12-13 mengenai "kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar" dari perspektif kasih karunia memberikan wawasan yang mendalam tentang saling keterhubungan antara usaha manusia dan anugerah Allah. Berikut adalah beberapa poin utama dalam tafsiran ini:
1. Anugerah yang Memberdayakan
Kasih karunia Allah adalah dasar dari keselamatan kita. Meskipun kita diminta untuk "mengerjakan keselamatan," tindakan ini tidak akan mungkin terjadi tanpa anugerah yang sudah diberikan oleh Allah. Kita diingatkan bahwa segala sesuatu yang kita imani dan kerjakan adalah hasil dari kasih karunia Allah yang beroperasi dalam hidup kita.
John Wesley, seorang tokoh teologi Arminian, menekankan bahwa kasih karunia adalah kekuatan yang memberdayakan manusia untuk bekerja dalam keselamatan. Dalam komentarnya terhadap Filipi 2:12-13, Wesley menulis bahwa kasih karunia bukan hanya pemberian pasif tetapi kekuatan aktif yang menggerakkan kehendak dan tindakan manusia.
Karl Barth dalam Church Dogmatics menegaskan bahwa tindakan manusia dalam "mengerjakan keselamatan" hanya mungkin karena tindakan Allah yang lebih dulu bekerja dalam kita.
2. Sikap Hormat dan Kesadaran
"Takut dan gentar" bukan berarti kita hidup dalam ketakutan akan kehilangan keselamatan, melainkan sebuah pengakuan akan sifat kudus dan besar dari Allah. Dalam konteks kasih karunia, kita menyadari bahwa anugerah yang kita terima sangat berharga dan harus dihargai. Oleh karena itu, sikap hormat ini muncul sebagai respons terhadap intimnya hubungan kita dengan Allah.
R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa "takut dan gentar" adalah respons yang tepat terhadap kekudusan Allah. Sproul menulis bahwa memahami kekudusan Allah akan membawa orang percaya pada sikap hormat yang mendalam terhadap anugerah yang mereka terima.
3. Kerjasama antara Manusia dan Tuhan
Filipi 2:12-13 menunjukkan adanya keterlibatan aktif kita dalam proses keselamatan. Kasih karunia Allah bukanlah alasan untuk bersikap acuh tak acuh, tetapi justru menjadi motivasi bagi kita untuk bekerja dengan serius. Dalam konteks iman, sanksi dan tanggung jawab kita untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus adalah ungkapan rasa syukur atas kasih karunia yang telah kita terima.
Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship menyoroti pentingnya "murahnya kasih karunia." Ia menekankan bahwa kasih karunia tidak boleh dipandang sebagai lisensi untuk hidup seenaknya, tetapi sebagai panggilan untuk hidup dalam ketaatan yang penuh kepada Kristus.
4. Transformasi Melalui Kasih Karunia
Ketika kita mengerjakan keselamatan kita, kita mengalami proses transformasi yang dikerjakan oleh Allah dalam diri kita. Dengan mengandalkan kasih karunia-Nya, kita bisa bertumbuh dalam karakter Kristus dan semakin jauh dari sifat dosa. "Kerjakanlah" menjadi sebuah panggilan untuk bertumbuh dalam pengudusan, yang hanya dapat dilakukan melalui kekuatan Tuhan.
John Calvin dalam tafsirannya menulis bahwa pekerjaan keselamatan adalah bukti nyata dari transformasi internal yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Calvin menekankan bahwa transformasi ini tidak bersumber dari usaha manusia tetapi dari karya Roh di dalam hati orang percaya.
5. Tetap Bergantung pada Allah
Ayat 13 mempertegas bahwa Allah adalah sumber dari kemauan dan kemampuan kita. Dengan kata lain, setiap usaha kita untuk hidup sesuai dengan iman kita harus didasarkan pada kesadaran bahwa kemampuan itu berasal dari Allah. Ini mengajak kita untuk tetap bergantung pada-Nya, sekaligus mengerahkan usaha terbaik kita dalam keberadaan iman.
Augustinus menulis bahwa "tanpa Allah, kita tidak dapat; tetapi tanpa kita, Allah tidak akan." Dalam pengertian ini, Augustinus menunjukkan sinergi antara anugerah Allah dan tanggung jawab manusia.
6. Iman yang Berbuah
Keselamatan yang dikerjakan dengan "takut dan gentar" juga mencerminkan bahwa iman sejati akan menghasilkan tindakan dan perbuatan baik. Ini sejalan dengan konsep bahwa iman tanpa tindakan adalah mati (Yakobus 2:26). Dalam kasih karunia, tindakan kita bukan sekadar kewajiban, tetapi menjadi ungkapan nyata dari iman yang hidup.
James Dunn, dalam studinya tentang Paulus, mencatat bahwa iman dalam teologi Paulus selalu memiliki dimensi etis. Dunn menegaskan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata sebagai bukti dari keselamatan yang diterima.
Secara keseluruhan, tafsiran Filipi 2:12-13 tentang "kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar" dalam konteks kasih karunia mengajak kita untuk menyadari dan menghargai anugerah keselamatan Allah serta berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hidup iman, sambil bergantung pada kekuatan dan bimbingan Tuhan.
No comments:
Post a Comment